Almira Qurratuain, Bayi Umur 4 Bulan Naik Pesawat

Akhir  tahun 2011 menjadi pengalaman naik pesawat yang luar biasa bagi ku. Tepat tanggal 24 desember 2011 saya beserta istri saya tercinta “Sarah” dan Anak pertama “Almira” mudik dari jakarta menuju kota indah nan penuh pesona yang bernama Surabaya. Kenapa hal ini menjadi menarik? Proses menerbangkan bocah usia 4 bulan ini yang menjadikanpengalam menariknya.

Beberapa hari menjelang keberangkatan saya coba cari-cari artikel tentang bayi usia berapa minimal boleh naik pesawat. Sebagai ayah yang baik saya jelas tidak ingin kenapa-kenapa dengan anak saya akibat effek naik pesawat. Seandainya saya punya kekuatan super seperti supermen maka saya tak akan susah-susah untuk menerbangkan anak dan istri saya ke surabaya. Tinggal bretttt (nyampe di surabaya). Sedikit berhalusinasi tak apa apa asal gak keseringan.

Diinternet banyak disebutkan minimal 3 bulan boleh naik pesawat asalkan kondisi anak sehat (bukti dari dokter anak bukan dari dokter hewan) dan buat surat pernyataan bahwa anak boleh terbang. Tak terlalu pikir panjang langsung janjian sama dokter untuk periksain si kecil Almira Qurratuain.

Dokter  : silahkan pak & bu, sakit apa dedeknya?

Saya  : ini dokter, sebenarnya kami datang untuk meminta surat keterangan sehat untuk anak saya karena kami akhir tahun ini akan holiday ke hawai..(wuek pret…..) ke surabaya aja bilang mau ke hawai.

Dokter : mau ngapain ke hawai pak? Wah enaknya ya…dapat undian berhadiah ya?

Saya : kebetulan saya asli sana dokter jadi kami mudik akhir tahun ini.

Dokter : ^%^%&$%$ (bingung mana ada orang hawai kayak gini)

Saya : bisa segera di cek tidak dokter? Losstime nih terlalu lama basa basi…

Akhirnya surat keterangan sehat kami dapatkan juga.

Pada saat hari H keberangkatan, kami ketika menuju tempat menunggu pesawat di suruh tanda tangan surat pernyataan yang menyatakan anak kami bisa terbang. Tanpa dibaca langsung saja saya tanda tangani.

Istri saya : Ayah dah baca dengan seksama tadi dokumen  yang di tanda tangani isinya apa saja?

Saya : paling paling surat pernyataan kalau dedek kenapa2 dengan penerbangan ini kita tidak bisa claim ke maskapainya.

Istri Saya : Ayah kok tenang gitu? kalau isi penyataan salah satunya berbunyi  seandainya dedek nangis di dalam pesawat kena denda 500 ribu, eek di popok dalam pesawat denda 1 juta gimana?

Saya : bimbang….(masak ada ya isi pernyataan kayak gitu). Percaya saja deh bunda. Apa kata Tuhan saja.

Pada saat akan take off. Biasa, Bismillah dan dzikir selalu terucap. Dan teringat film Final Destination 5. Wueh…makin dag dig dug (walaupun dah naik pesawat yang ke 9 kali ini).

Strategi untuk almira supaya tidak nangis mulai diatur. Kasih almira susu. Biar kondisi bayi terus menelan cairan. Pertama berhasil, tapi Cuma bertahan sebentar saja. Karena pada saat mesin pesawat mulai berisik, dia mulai menangis. Senjata terakhir saya pakai. Saya gunakan ear plug yang biasanya saya pakai buat kerja. Ear plug saya tutupkan ke telinganya sambil saya pegangin selama perjalanan. Hasilnya luar biasa..Anak saya tidur pulas dan baru bangun ketika nyampe bandara International Juanda.

Pada saat di dalam pesawat pastikan ear plug tidak pernah lepas dari telinga bayi, karena pada saat pulang dari surabaya ke jakarta. Waktu di dalam pesawat sempat satu ear plug lepas. Dan hasilnya spontan…nangis menjerit jerit si bidadri kecilku.  Alhamdulillah perjalanan itu tidak tidak berefek pada pertumbuhan bidadari kecilku.